Langsung ke konten utama

Seperti Mendungku

Saat pulang kerja, adalah saat yang ditunggu. Tepatnya, saat motor ku sampai di depan pagar, maka akan muncul sosok makhluk entah dari mana yang memanggil-manggil dengan nada manja nya. Dia menghampiri motorku sambil menggeliat meregang sendi tulang2nya .

Seperti nya dia sudah tidur cukup lama.

Ya.. namanya mendung sulisasmoro.

Dia sahabatku yang berwujud kucing.
Dan ya.. dia terus ngikutin aku setiap pulang kerja, mengeong terus dan pasang tatapan yang sayu seperti mata seorang mafia, sampai akhirnya harus aku gendong masuk ke rumah. Setelah di gendong gitu.. baru dia bisa meneruskan aktivitas nya sendiri. Iya.. dia manja sekali.

Dia kucing yang baik. Umurnya 2 tahunan. Peranakan antara kucing Persia dan kucing lokal..
Mendung bertipe kucing Himalaya.

Lahir di pagar rumahku, di bantu bapakku sebagai bidan nya. Dengan warna gelap di ujung bagian tubuhnya. Selain di RT ku sini, dia juga sering eksis di status WA ku..

Banyak yang protes.. terutama akhir2 ini.. teman2ku dan para rekan2 yang kebetulan pecinta kucing banyak yang protes dengan caraku hidup dengan mendung.

Iya, mereka protes tentang caraku memelihara mendung.

Karena, mendung yang lucu gemesin itu kalau malam tidak tidur di dalam, Tapi di luar rumah. Yang artinya akan ada banyak kucing liar lain yang satu sama lain saling beradu taring demi teritorial kekuasaan.

Dulu Bila malam tiba, Si mendung yang masih bau kencur akan lebih sering sembunyi ketakutan. Akan datang banyak kucing lain dengan berbagai ukuran dan kemampuan bertarung yg mumpuni. Ya.. mereka kucing liar yang bertahan hidup dengan bertarung berebut isi tempat sampah. Mereka gesit, berpengalaman dan nekat demi perut mereka yang pasti menahan lapar.

Kucing2 ini akan habis-habisan bertarung berebut kehidupan dengan semua cakar dan taring nya. Karena mereka tidak seberuntung mendung. besok tidak ada yang bakal kasih mereka wishcash. Kalau tak menang hari itu, maka besok hari yang akan lebih berat bagi mereka. Ini jelas bukan tandingan dari si lugu mendung yang manja, yang kalo mau tidur saja bingung nyariin kaki ku di buat bantal.

Tapi tetap.. mendungku tak boleh tidur di dalam rumah.
Aku melakukan nya sejak mendung berumur kurang dari setahun.

Dulu. Ketika malam datang dia pasti ngumpet di dalam sudut rumah, tapi aku selalu berhasil nemuin dan di taruh di luar rumah.
Saat2 ini pasti moment nya drama banget.
Dia mengeong di depan pintu. Merengek meminta tidur di dalam.
Aku memandangnya dalam2 dan mengusap kepalanya, "sabar ya ndung" lalu aku kancing pintu rumah rapat2.

Mungkin, suara pintu tertutup itu seperti bel tanda start. Dia akan bertemu kucing2 lain dan tak ada yg menolong nya.
Pada saat itu, mendung sering banget luka parah. Subuh hari ketika pintu rumah di buka, mendung selalu standby disana dan sigap masuk ke dalam rumah selalu dengan luka baru di tubuhnya. Semakin hari.. bukannya semakin kuat, tapi malah semakin hancur tubuhnya. Semakin banyak luka menganga. Kulit yang terkelupas. Dan bekas gigitan di banyak sudut tubuhnya.
Ada suatu subuh dia masuk rumah dengan sangat lelah. Saat itu kaki depan kiri nya pincang. Tak bisa berjalan normal. Mukanya capek sekali. Dan di dalam rumah dia cuma tidur dan membiarkan makanan nya begitu saja.
Iya.. mendung sakit..
Aku tanya ke beberapa teman yang expert pelihara kucing. Alhasil aku di marahi.. tak memberikan saran atau rekomendasi obat buat mendung, malah aku di bilang tega.

Mungkin, beberapa dari kalian juga berpikiran seperti itu.
Dan ya.. kalian benar.. apa-apaan caraku memelihara mendung ini. Dia kucing peliharaan, berbeda dengan kucing liar.
Ya..  Aku juga berpikiran seperti itu kok. Maafkan aku mendung.
Semoga koe iso moco postingan Iki le..
😣
Kakinya luka parah.. sepertinya dia tergigit terlalu dalam. Dan terkoyak.
Dia menjerit mengeong kesakitan ketika aku mengelus kaki kirinya. Mendungku pincang...
Wait the minute
Apa yang terjadi padaku?
Lapo Kon ngingu kucing kok Sampek gitu?

Mendung..
Aku beri nama itu karena aku sangat senang waktu pertama melihat mu.
Seperti gulungan kapas kecil yang menggeliat lucu sekali, memberi teduh hati ku yang waktu itu panas oleh berbagai masalah duniawi.



Kamu terasa pas dengan nama itu.
Mendungku seneng ndusel.
Dia seperti tau bila kepala ku berkecamuk ego meninggi, dan semua rencana hariku berantakan. Dia datang dengan bulu lembut nya, dan bertingkah lucu memainkan kakiku. Sekejap aku masuk ke mode yg baru. Tidak marah lagi dan lebih tenang.

Aku merasa mendung bukan peliharaan buatku. Dia seperti teman.
Dia seperti tau kondisi marahku. Dan dia selalu berhasil menenangkan.
Lama-lama ada yang terjadi padaku, Melihat mendung itu terlihat seperti melihat ku sendiri.

Aku merasa mirip dengannya.
Aku membaca banyak hal tentang kucing. Salah satunya, kucing jantan seperti mendung, akan menandai teritorial wilayahnya dengan memberikan sedikit kencingnya. Makanya aku tidak heran mendung sering pipis dikit di sudut halaman depan rumah. Seluruh halaman depan rumahku adalah daerah kekuasaan mendung. Dia menandainya sendiri.
Itu instingnya.
Dan ketika ada kucing betina yang melenggak-lenggok masuk di daerahnya. Maka secara adat kekucingan dia berada di daerah kekuasaan mendung.
Begitulah sedikit tentang dunia mendung.
Ketika malam datang maka suasana akan berubah. Halaman ku yang damai akan menjadi ring pertarungan buatnya. Akan banyak berdatangan kucing2 liar yang merebut teritorial mendung. Siapa yang kuat dia yang dapat teritorial itu. Berikut semua betina di dalamnya.

Mendungku yang pincang.. dia selalu keteteran. Dia kucing rumahan yang kenyang. Bukan kucing liar yang lapar dan siap bertanding habis2an. Harusnya tidak ada alasan untuk mendung ikut bertarung.
Di malam hari. Mendung selalu berusaha mempertahankan daerahnya.
Saat mendung bertarung disana aku terjaga dari suara ribut-ribut nya.
Aku melihat semua dari balik jendela dan bertakbir, berdoa dan berbisik dalam hati menyemangati nya.

Tak jarang aku Melihat mendungku digigit dan dikoyak kepalanya, di cakar dan di lempar dengan taring mereka. Aku lihat semuanya Dari balik jendela, kugenggam kuat pagar tralis. Gigiku menggegat kuat mataku menyorot semua adegan pertarungan sang mendung yang keteteran. Aku terus berbisik takbir, dan mendoakannya.
Tak jarang ada air mata menyelinap ke ujung mata saat itu. Hati ini bergetar melihat mendung disakiti seperti itu.
Aku sebenarnya sama sekali tak terima. Dia kawan baik ku, dia sering bantu aku.

Yang aku bisa lakukan adalah pagi harinya.
"Ndung.. kalah neh le.. gpp ya.. yang sabar ya" sambil mengelus kepalanya dan memberi wishkash paling mahal yang bisa aku beli. Dengan harapan dia tidak patah semangat. Aku temenin sepanjang sore. Menggosok 2 perutnya, dan kasih Betadine di luka lukanya

Aku bisa saja keluar rumah, trus nimpukin kucing liar itu dan dengan mudah memberikan kemenangan cuma-cuma buat mendung. Tapi saat itu aku benar-benar seperti melihat diriku sendiri.
Hey.. inilah hidup.
Kamu mungkin bisa memilih untuk bersembunyi selamanya, atau memilih untuk lari dari masalah mu. Tapi itu tidak akan menyelesaikan apapun.

Aku melihat diriku saat itu.
Yang sering kalah di setiap pertarungan dengan emosi, kalah dengan khilaf dengan ego.
Semestinya orang hidup akan ada masalah. Dan iman itu fluktuatif.
Jadi ketika ada masalah dan iman kita sedang down banget. Itu terasa kampret momment Soro wes..
Wahai manusia hidup, akan datang nanti masalah tentang keluarga, teman, pekerjaan, atau orang2 yang kita sayangi.
Saat itu datang, kita akan selalu dalam pilihan, bertarung melawan emosi, pikiran buruk dll untuk menang dan damai,

atau bersembunyi menghindar tanpa menyelesaikan. Membiarkan seakan melupakan dan menumpukan gitu aja.

Aku lihat mendung Saat itu.
Kemungkinan dia menang sudah 0%
Dia babak belur dihajar. Kaki pincang nya membuat dia semakin terpojok.
Tapi dia menyelesaikan nya.
Dia hadapi pertarungan nya walaupun dengan kalah.
Dia jelas kalah..
Bahkan sebelum nya sudah bisa di pastikan.

Aku yakin dia belajar sesuatu dari kalahnya. Seperti yang terjadi padaku. Pada kita semua.
Besoknya dia kalah lagi. Besoknya dia tetap menghadapi dan membawa kalah lagi dengan luka2 di tubuhnya.
So? Kenapa?
Apakah Kalah itu buruk?
Apakah menang itu baik?

Kita manusia, mempunyai alasan tentang terciptanya kita. Jika kita ingat. Ada alasan dan perjanjian jauh sebelum kita deal untuk lahir di bumi. Pada janji kepadaNya kita terikat. Walaupun kalah. Walaupun menang. Lakukanlah dengan sepenuh hati.

Untuk teman2 pembaca semua.
Saat ini,
Aku ingin kalian tau..
Mendung telah pulih dari pincang nya.
Jika malam tiba, dia akan bertengger gagah di atas pagar tembok rumah.
dia mengawasi seluruh sudut teritorial nya.
Jika ada kucing liar datang, dia sigap pasang badan dan buru2 menghadapinya. Tiap malam, Dia membanting banyak kucing dengan taringnya. Selesai pertarungan dia kembali lagi ke singgasana diatas pagar dan dengan gagah lagi menyorot. Berusaha untuk pertandingan selanjutnya. sampai pagi tiba.



Iya...
Dengan bekas luka di sekujur tubuhnya
Dia telah benar-benar mempunyai teritorial nya sendiri.
Sampai saat postingan ini aku tulis, tiap malam Dia memenangkan semua pertarungannya.

Menurut ku, mendung selalu punya pilihan. Jadi kucing rumahan yang teritorial nya cuma sebatas kandang besi ukuran sejengkal. Atau dia menjadi seperti pemenang liga tarung bebas kucing tingkat RT seperti sekarang.
Apa bedanya?
Baik jadi kucing rumahan yang cantik tanpa bekas luka, atau jadi mendung yang banyak codet seperti sekarang, toh makan nya juga nunggu aku kasih makan.
Menu nya jg gt2 aja.. lantas apa untungnya?
Nah.. inilah dasar dari perbedaan saya dan teman2 semua yang memelihara kucing.
Semuanya pasti ada benarnya.
Di postingan ini saya tidak memaksa kalian untuk seperti saya dalam memelihara kucing.
Sama sekali bukan itu tujuannya.

Menurut saya. Di takdir kan Menjadi kucing tentu atas ijin Allah. Dan pasti seekor kucing juga memiliki bakat yang langsung dari Allah yang tidak bisa kucing dapatkan sendiri. Kita sering menyebutnya dengan kata" insting kucing". Instingnya meliputi mempertahankan teritorial, berkembang biak dll.
Mereka para kucing akan berbuat sebaik mungkin dengan Rahmat insting yg di kasih Allah. Seperti mendungku.

Lantas, kita sebagai manusia juga di beri nikmat akal. Apakah kita sudah beristiqomah yang terbaik dengan itu? Seperti mendungku?


Aku hanya bercerita tentang aku yang melihat sosok ku dalam kucing kesayangan ku.
Saat ini mendung sudah sukses..
Tinggal aku..
Aku masih sering kalah...
Melawan sombong
Melawan duniawi
Melawan ego
Melawan malas
Melawan hal yang sia sia
Doakan aku ya ndung..
Semangati aku..
Bertakbir bersama, mencari jalanNya
Sebentar lagi giliran ku menyusul posisimu.



Komentar

  1. Tanggal 6 Januari 2021 mendung sudah meninggal.
    pagi hari saat mau berangkat kerja mendung nongol di pagar pintu dengan rahangnya yang penuh busa.
    dalam hati bertanya-tanya, ini mendung habis muntah kok gk dibersihin dulu? gak seperti biasanya.
    dia mengeong dan masuk ke dalam rumah, mungkin dia mengabarkan kalo perutnya sakit.
    aku beranjak tarik gas menuju rutinitas kantor.
    hari itu sungguh absur-absurdnya dikantorku, disela-selanya aku cek HP, dan dikabari kalo Mending sekarat, kondisinya buruk, kejang-kejang, muntah darah dan hal buruk lainnya yang tidak dapat aku cerna saat itu karena tidak percaya.
    aku pikir itu bukan tidak percaya, tapi mungkin tidak terima, akhirnya melahirkan kecemasan dan kesedihan.

    aku keluar kantor dan melihat ke atas,
    langit saat itu memang mendung, aku cek HP dan memang kondisinya makin parah. aku lihat langit sekali lagi dan aku tatap dalam-dalam.

    "kalau kau mau pergi, ini langit terbaik yang akan mengantarmu Dung"

    sesampai dirumah sahabatku sudah dikubur dengan layak.

    So long my bro.

    Mungkin kita bisa bertemu lagi, dan mungkin juga tidak.

    tapi, Terimakasih...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena tidak ada yang bisa kamu lakukan terhadap perasaan

Ngapain mati-matian mencari yang tidak bisa di bawa mati. Sedangkan kepastian hidup adalah kematian. Lantas Untuk apa semua kehidupan sebelum mati ini? Apakah hanya cuma antri menunggu mati? Kecuali kamu ingat janji yang terbuat sebelum km dilahirkan.  Kepada janji Nya kamu terikat. Kita akan berdiri, sepenuh pikiran dan hati. Tidak ada fase yang lebih penting lagi selain ini. Bahwa jati diri kita adalah menjadi hamba Nya. Dia yang Maha "pengasih" lagi maha "penyayang"

Lailatul Qadar ku?

Lailatul Qadar Disebutkan malam Untuk kejadiannya Dikala semua orang terlelap dan bulan menimang petangnya Padahal, Aku sering Aku kerapkali Malam ku menjadi siang, dan siangku seperti malam Seseringnya itu terjadi Malam Lailatul Qadar ku Dimana keberkahan Allah menyertai mu Yang rapi mengaliri seluruh arteri yang menghitam Akan kau turun di siang hariku? Karena hati ini sering merasa malam di siang hariku Dan sebaliknya. Wahai hatiku materialis pahala Maka hidayah akan menembus setelah idul Fitri nya Meresap di akar dan menjadi landasan pendaratan qolbu Lailatulku untuk penyesalan kerinduanku dalam kebaikan Qodarku  untuk perjuangan dan jalan yang menurut nya terbaik buatku Lantas apa yang tersisa? Sampai nanti pagi menyudut mencari celah Aku rindu Engkau ya Rabb ku.

Jangan Marah Padaku

Bahkan aku Iki bukan wadah ku. Itu cuma wadah jasad yang di pinjamkan. Sedang Berdiri melihat aku yang bukan wadahku sendiri terombang ambing sungai. Sebentar lagi akan ketakutan pada dunia. Dan itu memang “terlihat” nyata. Memberi efek ketakutan dan kesusahan yang sama. Akan selalu ada kosong dalam cinta. Apalagi tehadap sesama. Selalu membuat sesak di dada. Kata Sabrang, Bukan cinta yang menumbuhkan rindu. Tapi kumpulan semua cinta itu menandakan kalau sebelumnya kita ini merindukan sesuatu. Memang susah untuk selalu ingat Allah setiap detik. Kadang lupa dan tidak sengaja jauh. Lalu mendekat lagi membawa perih begitu saja. Kita akan mengenal jauh, karena membandingkan dengan kita yang pernah dekat. Jarak kita dengan Allah… Akan memunculkan apa yang dinamakan rindu. Pejamkan mata, dan berdzikir lah dalam-dalam. Karena tidak ada yang bisa kita lakukan terhadap perasaan.  Terima nyata nya, apa adanya. Kita akan sendiri. Perjalanan masih panjan